Menurut Stephen R Covey dalam buku The 8th Habits of highly effective people terdapat delapan kebiasaan orang sukses.
Pertama, kebiasaan bertanggungjawab (proactive). Bukan sekedar menunjukkan sifat agresif dan mengambil inisiatif, tetapi suatu watak yang baik yang disertai dengan perilaku yang bertanggungjawab. Tanggung jawab dalam bahasa inggris responsible berasal dari dua kata yaitu respons terbaik terhadap stimulus yang bagaimanapun negatifnya. Orang sukses mengakui tanggung jawab tersebut. Mereka bertanggung jawab bahwa apa pun yang dialami sekarang merupakan akibat dari pilihan sendiri di masa lalu. Mereka tidak menyalahkan kondisi atau pengkondisian atas perilaku mereka.
Kedua, kebiasaan berorientasi pada tujuan (begin with the end in mind). Kebiasaan ini mengajarkan kita agar kita menentukan apa yang kita inginkan. Sebelum bertindak kita harus tahu apa misi dan tujuan yang ingin di capai, dan berdasarkan tujuan tersebutlah kita bertindak. Setiap tindakan harus sesuai dan mengarah pada tujuan akhir yang ingin di capai.
Ketiga, kebiasaan mendahulukan yang utama (put first things first). Hanya memilih untuk melakukan hal-hal yang benar-benar penting dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk melakukan antivitas yang tidak penting, baik mendesak maupun tidak. Hal yang benar-benar penting adalah aktivitas-aktivitas yang akan mendekatkan kita ke tujuan-tujuan yang telah kita tentukan. Allah berfirman dalam QS Al Mu’minun 23:1-3. “Sungguh sukseslah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalat mereka, dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan perckapan sia-sia.”
Keempat, kebiasaan berfikir menang-menang (think win-win). Berpikir menang-menang membutuhkan kejujuran (menye-suaikan kata dengan perbuatan), integritas (menye-suaikan perbuatan dengan perkataan), kedewasaan (seimbang antara ketegasan dan pertimbangan), dan sikap mental berke-limpahan.
Kelima, kebiasaan memahami terlebih dahulu, baru kemudian di pahami (seek first to understand, then to be understood)
Keenam, kebiasaan bersinergi (synergize). Bekerja-sama secara sinergistik memungkinkan kita menghasilkan karya bernilai beberapa kali lipat daripada pernjumlahan karya sendiri-sendiri. Sahabat Rasulullah, Ali RA mengingat-kan “kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”. Dalam QS Al-Maidah 5:2 Allah berfirman “bekerjasamalah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah berkerjasama dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Ketujuah, kebiasaan melakukan perbaikan diri secara terus menerus (sharpen the saw). Rasulullah SAW mengingatkan bahwa “orang yang paling beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini”.
Kedelapan, kebiasaan menemukan panggilan jiwa dan mengilhami orang lain menemukan panggilan jiwa mereka (find your voice and inspire other to find theirs). Kebiasaan inilah yang memberikan “roh” kepada tujuh kebiasaan di atas. Kata kunci kebiasaan kedelapan adalah “voice”. Voice adalah sesuatu yang unik yang dimiliki seseorang yang muncul ketika kita menghadapi tantangan yang sangat besar dan tantangan itulah yan gmenggerakkan kemampuan (talent) dan energy (passion) kita untuk mewujudkan suatu capaian yan gluar biasa (greatness)
Voice adalah semacam potensi terpendam (energy spiritual) yang menggerakkan, memotivasi dan menginspirasi kita untuk mencapai greatness. Untuk mencapai greatness kita tidak cukup hanya memiliki IQ (visi, kompetensi, pengetahuan, intelegensia) dan EQ (motivasi, empati, keuletan) tetapi juga SQ (suara hati yang ditiupkan oleh Allah SWT). Untuk mencapai greatness tidak cukup hanya memiliki talent (IQ) dan passion (EQ), tetapi juga conscience (SQ)
Gambar 1
Delapan Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif
Stephent R Covey, 2004
Menurut covey watak adalah suatu kumpulan kebiasaan, yang dimiliki oleh seseorang atau unit organisasi manusia. Untuk dapat jadi manusia yang efektif seseorang harus menempuh proses perkembangan dari situasi ketergantungan (dependence) menjadi mandiri (independence)
Kebiasaan pertama hingga ketiga merupakan kebiasaan yang mampu membawa orang dari suasana ketergantungan pada kemamdirian. Ketiga kebiasaan ini memberikan keuntungan atau kemenangan pada pribadi si pelaku.
Tetapi kemenangan pribadi saja tidak cukup. Yang lebih baik lagi adalah kalau anda mampu memberikan keuntungan atau manfaat pada masyarakat luas (public). Untuk itu anda harus memupuk kebiasaan keempat hingga keenam, yan goleh covey di sebut sebagai kebiasaan antarpribadi.
Dengan di praktikannya kebiasaan keempat hingga kebiasaan ke enam dalam kehidupan sehari-hari akan merubah suasana kemandirian ke suasana saling tergantung (interdependence) dan akan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dalam hal ini covey memperingatkan bahwa Susana saling tergantung hanya bermanfaat jika semua orang yang terlibat saling mandiri. Jika orang yang saling tergantung tidak mandiri, yang akan terjadi adalah proses saling meracuni. Ibaratnya bangunan yang ditopang oleh partikel-partikel dan struktur yang tidak kuat, akan mudah roboh dan hancur.
Semua kebiasaan yan gmenguntungkan diri sendiri (kebiasaan I, 2 dan 3) dan kebiasaan yang menguntungkan masyarakat luas (kebiasaan 4, 5 dan 6) perlu di pupuk terus-menerus. Untuk itu harus ada kebiasaan ketujuh, yaitu selalu berusaha memperbaiki diri terus menerus, sehingga sudah menjadi watak dalam kehidupan sehari-hari.
Ketujuh kebiasaan tersebut harus tumbuh secara berkesinambungan, terus-menerus, dan dilakukan tidak sepotong-sepotong. Tahapannya mulai dari suasana ketergantugan (dependence) menuju kemandirian (independence) dan diakhiri dengan suasana kesalingtergantungan (interdependence)
Agar ketujuh watak atau kebiasaan tersebut bisa dibentuk, orang perlu mengasah empat dimensi dalam dirinya, yaitu:
1. Dimensi fisik
Fisik dijaga dengan makanan dan minuman yang cukup bergizi dan oleh raga yang teratur.
2. Dimensi mental
Dimensi mental dijaga dengan kebiasaan belajar terus menerus
3. Dimensi emosi
Dimensi emosi atau social dijaga dengan mengem-bangkan kepedulian terhadap orang lain
4. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual diasah dengan mengikuti aktivitas kerohanian atau spiritual
